'WILUJENG SUMPING'

Riung mungpulung Urang Sindangsari
Silih Asah Silih Asih Silih Asuh

Rabu, 09 November 2011

Kisah Heroik Pahlawan Bangsa



OPERASI TRIKORA
Pembebasan Irian Barat

 Menggalang Segala Kekuatan Nasional 
Untuk Membebaskan Irian Barat dari penjajah
 Angkatan Darat (AD)

Angkatan Udara  (AURI)

Angkatan Laut (AL)
OPERASI TRIKORA

Operasi ini diadakan guna merebut kembali Papua Barat dari tangan Belanda pada tahun 1961, Indonesia melalui Komando Tertinggi (Koti) membentuk Operasi Mandala (TRIKORA). Tugasnya yaitu merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda. Kemudian, Armada RI menyiapkan pasukan berani mati, dengan tugas pokok menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Belanda di Biak, dan menenggelamkan Kapal Induk Karl Doorman.

Seluruh mesin-mesin perang RI yang pada waktu itu tergolong canggih telah disiapkan guna menggempur seluruh armada laut dan pasukan Belanda. Dan disini adalah beberapa dari sekian banyak personil yang juga disiapkan pemerintah RI untuk mendukung penghancuran armada belanda di lautan. Dari AURI menyiapkan Pesawat Pembom Tupolev-16 (Tu-16) untuk melakukan manuver pemboman dari udara, ALRI menyiapkan 17 personilnya KOPASKA, sedangkan ADRI menyiapkan 22 personil RPKAD ditambah dari Kodam Jaya sebanyak 3 orang. Latihan ini diadakan di pulau adem dan seribu secara tertutup identitasnya hingga pada puncaknya yaitu Juni 1962. Tidak lama kemudian latihannya dipindah di Pangkalan Armada RI Ujung Surabaya, latihannya meliputi keluar masuk kapal selam, problem decompressi chamber serta naik turun jaring kapal.

Pada pertengahan Agustus 1962, dengan persiapan penuh seluruh personil pilihan tersebut diberangkatkan ke daerah tugas MANDALA TRIKORA dengan menggunakan KRI Sam Ratulangi. Mengetahui hal tersebut hingga pada akhirnya Belanda mengadakan perjanjian damai dengan pemerintahan RI kemudian mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia.

Personil yang tergabung dalam pasukan berani mati tersebut akhirnya kembali dilebur dan dikembalikan kedalam satuannya masing-masing.

OPERASI DWIKORA

Seusai Operasi Mandala Trikora kemudian pada tahun 1963, ALRI mendapat perintah dari Komando Tertinggi (Koti) untuk menyiapkan dan melaksanakan Operasi Dwikora. Tugasnya mengganyang Pemerintahan Malaysia yang pada waktu itu dipimpin oleh Tengku Abdurahman. Yang meliputi daratan Malaka, Sarawak, Singapura dan Sabah (yang pada waktu itu masih tergabung dengan Malaysia). Operasi dilakukan pada tanggal 15 Maret 1964, seluruh anggota tim mendapat penjelasan dari Komandan Kopaska bahwa mereka secara administrasi telah dikeluarkan dari Kedinasan Angkatan Laut dengan tujuan bila mereka tertangkap dikemudian hari Angkatan Laut bisa mengelak dari keterlibatanya.

Keseluruh tim sudah berhasil menyusup dan masuk ke wilayah sasarannya masing-masing dan akan melaksanakan peledakan di beberapa tempat. Sasarannya yaitu Perkotaan Singapura, Pelabuhan Port Dickson dan Jaringan pipa air minum di daerah bukit timah yang membentang dari Johor menuju Naval Air Force SEATO di Changi.
Namun atas berbagai pertimbangan Pemerintah RI, akhirnya operasi tersebut dibatalkan dan masing-masing tim yang sudah berada di wilayah penugasan ditarik mundur kejakarta.


Bandung Lautan Api (Bandung)


Ultimatum Tentara Sekutu kepada Tentara Rakyat Indonesia untuk meninggalkan kota Bandung memicu salah satu gerakan paling spektakuler dalam sejarah perang Indonesia ini. Sadar bahwa kekuatan senjata tidak akan berimbang dan kekalahan sudah pasti di depan mata, TRI tidak rela jika Sekutu memanfaatkan Bandung sebagai pusat militer untuk menginvasi wilayah yang lain. Berdasarkan hasil musyawarah, sebuah tindakan bumi hangus dipilih untuk memastikan hal ini tidak terjadi. 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka selama kurun waktu 7 jam dan bersama bergerak mengungsi ke wilayah selatan.


Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Surabaya)



Gencatan senjata antara tentara Indonesia dan pihak Sekutu justru berbuntut ke insiden Jembatan Merah. BrigJen Mallaby yang kala itu berpapasan dengan milisi Indonesia terlibat baku tembak karena kesalahpahaman semata. Kematian Mallaby memicu kemarahan tentara Sekutu. MayJen Robert Mansergh yang menggantikan Mallaby lantas mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan semua persenjataan dan mengibarkan bendera putih. Tidak diindahkan, salah satu perang paling destruktif di Indonesiapun tak terelakkan. Inggris mengerahkan 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang untuk mengepung Surabaya. Arek-arek Surabaya tak mengenal kata menyerah. Dengan perlengkapan seadanya, mereka memutuskan untuk memberi perlawanan. 6.000 rakyat Indonesia tewas dan 200.000 lainnya harus mengungsi. Peristiwa Surabaya lantas menjadi pemicu upaya pertahanan kemerdekaan di wilayah lain.


MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA!

KISAH-KISAH KAPAL SELAM TNI AL : 50 TAHUN HIU KENCANA




KISAH-KISAH KAPAL SELAM TNI AL : 50 TAHUN HIU KENCANA

KISAH-KISAH KAPAL SELAM TNI AL :  
50 TAHUN HIU KENCANA

Semua kisah ini merupakan kisah asli yang dituturkan para saksi sebagaimana ditulis dalam buku 50 tahun Pengabdian Hiu Kencana 1959-2009.
Mungkin banyak diantara kita sebagai bangsa Indonesia yang tidak banyak mengetahui bahwa Angkatan Laut Indonesia mempunyai Kapal Selam, wajar karena sangat minim diberitakan.

‘Tabah Sampai Akhir’ atau “ Wira Ananta Rudhiro “ adalah moto kapal selam (KS) kita, moto yang dikenal sejak ALRI mengoperasikannya tahun 1959. Pengoperasian KS ini adalah keputusan politik yang jitu, sebagai negara maritim KS adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Untuk itu sejak Agustus 1958 Indonesia mengirim 110 personelnya ke Eropa Timur, berangkat dari Surabaya dengan kapal laut Heinrich Jensen berbendera Denmark.
“ Sekali menyelam, maju terus – tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Tabah Sampai Akhir “
Bagian pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam RI Tjandrasa pada 6 Oktober 1966 di dermaga Tanjung Priok, Jakarta.

Sesampainya di Reijeka (Yugoslavia), tombongan meneruskan perjalanan dengan kereta api ke Polandia lewat Ceko dan Hongaria secara nonstop. Selama 9 bulan mereka dilatih oleh personel Rusia agar menjadi awak kapal selam yang andal di Gdanks, sedang praktik berlayar dilakukan di Laut Baltik.

Selesai pendidikan mereka diangkut dengan kereta api Trans Siberia selama 9 hari menuju Vladivostok. Di sinilah dua KS kelas Whiskey menunggu untuk dilayarkan ke Indonesia lewat Samudera Pasifik. Dalam pengiriman ke Indonesia, kedua kapal selam tetap berbendera Rusia, sebagian besar ABK adalah orang Indonesia.

Pada 7 September 1959 sore, dua KS Panjang 76 meter bersenjata 12 torpedo merapat di dermaga Surabaya. Setelah berlatih lagi selama satu minggu di bawah instruktur Rusia, kedua KS resmi masuk jajaran kekuatan ALRI pada 12 September 1959 dan diberi nama RI Tjakra/S-01 dan RI Nanggala/S-02. Sejak saat itu Indonesia mempunyai KS yang berarti genaplah kemampuan angkatan laut, yaitu mampu beroperasi di atas air, di bawah air, di darat, dan di udara sesuai dengan konsepsi angkatan laut masa depan.

Bukan hanya dua KS yang dipesan Indonesia. Sebanyak 10 KS baru dari kelas yang sama juga didatangkan dari Rusia.
Untuk gelombang berikutnya, para ABK berlatig di Vladivostok, tempat di mana terdapat pangkalan kapal selam terbesar milik Rusia di Pasifik. Gelombang kedua sebanyak 4 KS datang pada Desember 1961 dan diberi nama RI Nagabanda, RI Trisula, RI Nagarangsang, dan RI Tjandrasa.

Sejalan dengan kampanye Trikora, satu tahun setelah itu tepatnya pada Desember 1962 datang lagi enam KS batu yang dipersenjatai torpedo jenis SEAT-50. Torpedo fire and forget ini merupakan torpedo terbaik pada zamannya dan hanya Rusia serta Indonesia yang memiliki torpedo jenis ini. Keenam KS tersebut diberi nama RI Widjajadanu, RI Hendradjala, RI Bramasta, RI Pasopati, RI Tjundamani, dan RI Alugoro. Semua nama itu mengambil nama senjata dari dunia pewayangan.

Kapal selam dengan torpedo kendali
Intelejen armada VII US mungkin telah mengetahui pergerakan kapal selam kita saat perjalannan pulang dari wladiwostok, US memang perlu khawtair karena kapal2 selam ini membawa hadiah dari USSR berupa torpedo SAET-50 yang merupakan homing torpedo, kelas whiskey ini memiliki6 peluncur torpedo atau petor, 4 di haluan 2 di buritan. 4 petor di depan diisi topedo konvensional biasa sedangkan 2 petor buritan diisi SAET – 50. hal ini dilakukan jika sasaran telah di salvo oleh torpedo konvensional biasa maka kapal akan cikar penuh sambil “menyengatkan “ SAET-50 nya, dengan demikian fire and forget dapat dilakukan.

Saya adalah perwira ALRI yang mengetahui adanya hadiah SAET-50 di perut kapal induk kapal selam kita yang baru datang dari USSR ,RI Thamrin , berderet-deret tersusun rapi di rak2, Saat komandan kontingen USSR mengajak berkeliling di RI Thamrin, dia menjelaskan denagn senyum sambil menunjukkan SAET-50 itu saya sedikit kagum bercampur bingung, baru pertama kalinya saya melihatnya , tampak lebih langsing dari torpedo konvensional.
“itu adalah torpedo kendali listrik berjenis SAET-50,dan ini pertama untuk kalian ”! katanya
“ sayang tidak jadi kita kirimkan kepada avionezt !
Avioneszt adalah sebutan mereka pada kapal induk belanda , karel doorman. samar2 saya lihat pada pelumas yang melumuri torpedo itu ada goresan tangan usil dalam tulisan rusia yang menuliskan avionest pada torpedo itu.
Saya segera melaporkan itu pada komandan saya dan diteruskan pada panglima langsung.

 
 
KRI Ratulangi, merupakan kapal tender kapal selam, yang bertugas memasok segala kebutuhan kapal selam dan awaknya saat beroperasi (1962)

 
RI Tjakra S-01
RI Nanggala S-02

DIKIRA KAPAL SELAM NEGARA ATJEH
Ngok...ngok...ngok bunyi alarm menggema di seluruh ruangan KS Nanggala S-02 (402). "Alarm tempur...alarm tempur...alarm tempur", terdengar perintah dari komando sentral. ABK segera berlari dengan sigap menuju pos tempur masing-masing.

Komandan yang sedari tadi berada diperiskop melihat sekeliling permukaan lalu berkata "Kita sekarang menuju ke Pelabuhan...".
"Radar berapa jarak dengan pantai?", juru radar menjawab "Jarak terdekat 25 kabel". Lalu komandan berkata "Motor kiri dan kanan maju pelan". Sedetik kemudian Juru Sonar berkata "Keadaan sekeliling kapal dan cakrawala aman". Dan perwira Navigasi melaporkan "Dalam air 20 m di bawah lunas".

Dan KRI Nanggala berlayar dengan megahnya di bawah air siap menghadapi segala kemungkinan.
"Jarak pantai 12 kabel, cakrawala dan udara aman" lapor Juru Radar. " SIAP UNTUK TIMBUL !" tiba-tiba terdengar perintah . "Hembus grup tengah", maka terbukalah katup Main Ballast tank grup tengah dengan mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.

Setelah timbul, Perwira I dengan tangkas membuka pintu kedap atas di Conning Tower dan segera masuklah udara segar memenuhi seluruh ruangan kapal. KRI Nanggala menuju ketempat berlabuh dan membuang sauh sejauh 400m dari pantai. Melihat ada KS yang timbul tiba-tiba dari tengah laut membuat penduduk yang tadinya ramai di tepi pantai berhamburan lari dan pantai kosong melompong.

Melihat hal tersebut komandan KS memerintahkan menurunkan perahu karet dan mengirim beberapa anggota ke pantai tanpa senjata. Sementara di KS meriam dan senjata lain disiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan.

Setelah tim mendarat di pantai, dan melihat para ABK tidak membawa senjata maka penduduk satu persatu mulai memberanikan diri mendekat....dan ALANGKAH BAHAGIANYA MEREKA MENGETAHUI BAHWA YANG DATANG ADALAH PUTRA-PUTRA INDONESIA ANGGOTA ALRI. Bukan seperti sangkaan mereka semula: musuh yang akan melakukan agresi.

Kecemasan Komandan KS sirna melihat sambutan penduduk dan para pemukanya menyambut dengan buah-buahan dan makanan. Dari para tetua di daerah itu mendapat cerita bahwa seorang tokoh proklamator negara Atjeh telah pergi ke luar negri dan berjanji akan pulang dengan membawa kapal selam dan senjata.

Komandan KS memperkenankan masyarakat melihat dari dekat KRI Nanggala keesokan harinya.
Dalam perpisahannya masyarakat berkata "kapan lagi bapak akan datang?, kalau pergi jangan lama-lama", komandan KS menjawab sambil tersenyum "Saudara-saudara jangan takut dan gentar terhadap musuh, kami selalu berada di perairan ini menjaga saudara-saudara. Mungkin saudara-saudara tidak melihat kami tapi kami bisa mengawasi saudara-saudara semua".

Sepuluh menit kemudian KS KRI NANGGALA menghilang dibawah laut..akibat aktivitas KS ALRI diperairan Sumatra maka aktivitas para penyeludup senjata untuk PRRI dan pemberontak Daud Beureuh terhenti.
Catatan Mayor(P) LM Abdul Kadir NRP 480/P dalam Jurnal KS RI NANGGALA 1960
Jendral AH Nasution meninjau kesiapan kapal selam buatan Rusia RI Nanggala S-02 yang akan diterjunkan dalam Operasi Trikora merebut Irian Barat (1962)

Langsung bertugas
Kedatangan 12 KS ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.

Atas keberhasilan ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No.14/1963. Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.

Kapal Selam RI menuju Operasi Trikora Pembebasan Irian Barat 1962

Awal tahun 1962 kapal selam RI Nagabanda dan beberapa kapal selam lainnya diberangkatkan dari Surabaya menuju titik rendezvous di teluk Halmahera. Komandan Satuan Kapal Selam Letkol R.P. Poernomo menyebutkan dalam briefing, tujuan operasi adalah Tanah Merah,Hollandia(Jayapura).

Berangkat dari Halmahera,kapal menyusuri laut jauh di bagian utara Irian. Setelah berada di Tanjung Tanah Merah mereka berlayar malam hari saja sambil mengisi baterai.Pukul lima pagi mereka menyelam lagi sampai matahari terbenam.

Pada malam keempat,di sekitar Biak,pengisian baterai kembali dilakukan namun ada sedikit masalah teknis sehingga terlambat.Pukul 00.15 tiba-tiba datang perintah segera menyelam cepat sampai kedalaman 15 m. Sambil terengah-engah Mayor Tjipto Wignjoprajitno,Komandan RI Nagabanda,berteriak, "GODVERT!(kurang ajar), mereka terbang diatas kita. Kalau mereka menjatuhkan bomnya, Habislah kita!" Rupanya malam itu sebuah pesawat Neptune Belanda mendekati RI Nagabanda dari arah belakang dan baru diketahui awak kapal saat pesawat ada diatas mereka.

RI Nagabanda terus meyelam sampai kedalaman 50m. Saat itulah terdengar bunyi ping....ping....ping.... Rupanya Belanda telah menjatuhkan sonar Sonobouy. RI Nagabanda kembali menyelam hingga 70m.tak berapa lama bom laut dijatuhkan oleh Belanda. Bum...bum.... terdengar ledakan. Selama tiga jam awak RI Nagabanda bertahan di bawah sambil terus menyelam zig-zag.

Bom laut terus dimuntahkan. RI Nagabanda menjadi kritis. Keadaan lebih parah setelah terjadi kerusakan pada kemudi horizontal.kapal tidak dapat diarahkan dan cenderung terus menyelam.

Komandan akhirnya mengambil keputusan untuk mematikan mesin listrik penggerak kapal agar kapal tidak meyelam terlalu dalam. Setelah itu mereka mencari "landasan cair". "Landasan Cair" adalah lapisan air laut dengan berat jenis lebih tinggi dari lapisan disekelilingnya. Disanalah mereka berdiam diri sambil mematikan seluruh peralatan yang menimbulkan bunyi,bahkan gerak-gerik awak pun diatur.

Mereka bertahan dalam udara pengap,panas dan kurang oksigen selama 36 jam sebelum akhirnya yakin kawanan Belanda sudah menjauh. Pukul 24.00 mereka naik ke permukaan laut dengan cara memompa air laut keluar. Dari situ mereka berlayar menuju Halmahera. Di Halmahera baru diketahui, kerusakan pada kemudi horizontal diakibatkan daun kemudi kanan dan kiri lepas akibat ledakan bom laut. RI Nagabanda kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya untuk melaksanakan perbaikan.

409 KRI Wijajadany

 KRI Pasopati 410

KS TNI AL di suatu lokasi terpencil

 
Membelah lautan

DARI AUSTRALIA, MALAYSIA SAMPAI PAKISTAN.

BUANG SAMPAH DI AUSTRALIA
Kisah ini terjadi pada tahun 1963-1964, saat saya telah lulus sekolah komandan kapal selam dan menunggu penempatan. waktu itu masih gencar-gencarnya konfrontasi dengan malaysia, akhirnya saya diangkat menjadi komandan KRI Nagabanda, . beberapa kapal selam waktu itu ditugaskan melakukan pengintaian di laut cina selatan, sedangkan RI Nagabanda ditugaskan ke indonesia bagian timur. Semua kapal yang berlayar dibawah kendali Panglima Komando Armada Siaga, Panglimanya waktu itu Komodor R.P Poernomo.

Diwaktu itu sdah mulai ada ketegangan dengan malaysia yang akan demerdekakan inggris. Malaysia dan Singapura termasuk serumpun dalam persemakmuran inggris begitu juga dengan australia, bukan tidak mungkin apabila ter jadi konfrontasi hampir dipastikan australia akan ikut campur, oleh karena itu diputuskanlah melakukan pengintaian di perairan australia.
Kapal meninggalkan surabaya menuju kupang. Sampai di Timor kapal lego jangkar di muka pelabuhan satu hari, menambah logistik makanan segar, lalu angkat jangkar dan berlayar ke arah selatan. Berlayar pada siang hari menggunakan snorkelling sambil isi baterei, sedang malam hari berlayar diatas air. garis haluan dibuat sedemikian rupa sehingga jarak ke pantai australia tidak kurang 50 mil.

Setelah kira-kira berada di sebelah barat kota perth, udara di dalam kapal terasa dingin tidak seperti biasanya yang panas. Karena dari surabaya tidak dilengkapi dengan pakaian dingin maka saya putuskan untuk putar haluan ke utara, kembali ke kupang.

Pada saat kapal akan menuju ke kupang , ada usulan dari perwira administrasi , letnan ali kamal, : " komandan untuk menandai bahwa RI Nagabanda sudah berada di perairan barat australia , sebaiknya kita buang sampah di sini"

sya setujui usul tersebut, maka saya perintahkan untuk mengmpulkan kaleng2 bekas makanan khususnya yang made in indonesia serta sampah yang lain dan kami buang ke laut.
Dalam melaksanakan tugas ini, RI Nagabanda berhasil masuk perairan barat australia tanpa diketahui oleh kapal-kapal australia.

403 dalam 2 jam menjadi 410.
Tahun 1964 dalam rangka tugas pada masa Konfrontasi dengan Malaysia, RI Nagabanda 403 mendapat tugas untuk mengambil foto-foto pantai Trengganu untuk persiapan pendaratan pasukan di semenanjung Malaysia.

Untuk operasi ini ikut seorang agen dari BPI (badan pusat Intelejen) untuk turut menganalisa keadaan..singkat cerita KS dapat mencapai pantai Trengganu hingga jarak 2 mil dari pantai dan mulai mengambil gambar pantai Trengganu. Pada jarak itu KS sudah dapat dilihat dengan jelas oleh nelayan di sana. 

Pada saat pemotretan juru sonar mendengar suara baling-baling yang kemungkinan adalah fregat Inggris, untuk itu maka KS segera bergerak meninggakan perairan Malaysia dan karena kemungkinan besar KS sudah terlihat oleh nelayan Malaysia maka KS berlayar ke kepulauan Riau dan di antara pulau-pulau itu KS RI Nagabanda 403 lego jangkar dan anak buah kapal diperintahkan menghapus no lambung 403 dan mengubahnya menjadi 410. Dalam waktu kurang dari 2 jam RI Nagabanda dengan no palsu 410 sudah berlayar kembali dan benar ada pesawat RAF jenis Skeleton terbang di atas kapal sambil memberikan lampu isyarat menanyakan identitas kapal tapi tidak dijawab malah awak kapal menyiapkan 12,7mm untuk menembak tapi dilarang oleh pusat karena belum ada deklarasi perang dengan Inggris.

Dari itu sebenarnya berita KS Nagabanda 403 sudah masuk Malaysia sudah diketahui Inggris dari laporan nelayan tapi setelah dicari malah mereka mendapati KS 410, mereka nggak bisa menindak karena yang mereka cari 403..
Akhirnya kapal tiba dengan selamat di Tanjung Uban Riau...

Tugas Rahasia ke Pakistan
Menjelang HUT Angkatan Perang RI Tanggal 5 oktober1965, sebagian kapal besar kapal-kapal perang RI berkumpul di tanjung priok, termasuk beberapa kapal selam, saya mendapat tugas sebagai komandan divisi kapal selam. Semula HUT akan dilaksanakan dengan meriah namun karena ada peristiwa G 30 S maka acara pun dibatalkan.Hampir semua kapal perang kembali ke pangkalan surabaya.

Begitu kapal merapat di dermaga kapal selam ujung, saya bersama kapten RM Handogo mendapat perintah segera ke jakarta untuk menghadap Komodor L.M Abdulkadir, sesampai dijakarta dijemput langsung oleh Komodor L.M Abdulkadir beliaua membawa sendiri toyota hardtop dan membawa kami ke gedung gita bahari, Kami dipertemukan dengan dua orang yang belum kami kenal.

Pada pertemuan di gedung gita bahari itu saya dan kapten Handogo mendapat tugas sbagai pimpinan RI Nagarangsang dan RI Bramasta untuk membawa kapal tersebut ke karachi yang waktu itu masih ibukota pakistan. Perintah Pak Kadir waktu itu :
-Tugas ini Rahasia
-Tarik haluan ke karachi, hindari jalur pelayaran kapal-kapal niaga
-Anak buah tidak boleh tau tujuan kapalslanjutnya dalam surat menyurat dai rumah menggunakan alamat konjenkasel sedangkan dari kapal harus dikumpulkan pada komandan kapal.

Sementara kami di jakarta di surabaya kedua kapal sudah di siaptempurkan legkap dengan personilnya, Sesampai di surabaya ternyata saya diunjuk sebagai komandan RI Nagarangsang sedangkan RI bramastha di komandani Kapten Pelaut Yasin Sudirjo, Kapten pelaur Handogo ternyata ditunjuk sebagai ka staf gugus tugas X.

Ternyata gugs tugas X yang dibentuk sebagai tugas latihan tersebut, tugas utamnya adalah untuk membant negra pakistan yang sedang di serang india serta meredam perang yang waktu itu sedang berlangsung.

Pelayaran Jakarta Karachi
Setelah RI Nagarangsang dan RI bramastha siap tempur diberangkatkanlah dari surabaya menuju jakarta. Sebelum bertolak ke karachi ada dua perwira angkatan laut pakistan yang ikut, mayor yastur malik untuk RI Nagarangsang sedangkan kapten M.Sultan untuk RI Bramasta (kelak mayor yastur malik diangkat sebagai KSAL Pakistan dan Kapten M.Sultan menjadi KSAL Bangladesh navy).

Tanggal 17 oktober 1965 kapal bertolak menuju karachi . Lepas selat sunda kapal dikemudikan ke arah 270 derajat menyusur barat sumatera. Garis haluan menerobos kepulauan maldiv Lepas dari kepulauan maldiv garis haluan ditarik ke pantai persia untuk menjauhi india kurang lebih 300 mil, kemudian setelah jerak dari pantai iran 50 mil haluan kapal ditarikmenuju karachi.

Pertengahan bulan november 1965 kapal merapat di pakistan navy naval base, suasana perang tiidak terlalu terasa karena sedang terjadi gencatan senjata.
Latihan perang2an dengan AL Pakistan dilaksanakan beberapa kali setelah kapal roket ALRI datang, kami menggunakan prosedur royal navy sebagaimana AL india dan AL Pakistan gunakan. Lokasi latihan di lepas patai pakistan yang berbatasan dengan india, latihan melibatkan 2 kapal selam dan dua kapal roket cepat ALRI dari ALRI sedangkan AL pakistan menggunakan satu kapal selam serta dua destroyer.
laremaospati tidak memiliki reputasi

Setelah RI Nagarangsang dan RI bramastha siap tempur diberangkatkanlah dari surabaya menuju jakarta. Sebelum bertolak ke karachi ada dua perwira angkatan laut pakistan yang ikut, mayor yastur malik untuk RI Nagarangsang sedangkan kapten M.Sultan untuk RI Bramasta (kelak mayor yastur malik diangkat sebagai KSAL Pakistan dan Kapten M.Sultan menjadi KSAL Bangladesh navy).

Tanggal 17 oktober 1965 kapal bertolak menuju karachi . Lepas selat sunda kapal dikemudikan ke arah 270 derajat menyusur barat sumatera. Garis haluan menerobos kepulauan maldiv Lepas dari kepulauan maldiv garis haluan ditarik ke pantai persia untuk menjauhi india kurang lebih 300 mil, kemudian setelah jerak dari pantai iran 50 mil haluan kapal ditarikmenuju karachi.

Pertengahan bulan november 1965 kapal merapat di pakistan navy naval base, suasana perang tiidak terlalu terasa karena sedang terjadi gencatan senjata.

Latihan perang2an dengan AL Pakistan dilaksanakan beberapa kali setelah kapal roket ALRI datang, kami menggunakan prosedur royal navy sebagaimana AL india dan AL Pakistan gunakan. Lokasi latihan di lepas patai pakistan yang berbatasan dengan india, latihan melibatkan 2 kapal selam dan dua kapal roket cepat ALRI dari ALRI sedangkan AL pakistan menggunakan satu kapal selam serta dua destroyer.

Kegiatan yang lain-lain
sebelum kapal latihan dengan AL pakistan kapal mengalami beberapa kerusakan antara lain radio DK maka diputuskan kapal melakukan perbaikan besar dulu dan menunggu kiriman dari indonesia, sambil menunggu kapal selesai diperbaiki kami memanfaatkan waktu untuk melakukan kunjungan2 kehormatan , tak dapat dipungkiri sepanjang jalan banyak poster2 presiden soekarno yang dijual danbanyak yang menyanjng bantuan kami.

Saat latihan dengan AL pakistan mereka sama sekali tidak bisa mendeteksi keberadaan kami, pengalaman yang sama dikemudian hari saya dapatkan ketika berlatih dengan AL australia saat say mengomandani RI Pasopati.

sebagian kelasi kami bahkan berkelakar kalo kapal rusia tahan sonar, tapi masa iya?mungin ada lapisan air laut yang dinamakan layer yang membuat pantulan sonar memantul kembali. Tapi bagaimana pun itu embuat kami bangga, di samping itu dalam tugas ini juru sonar kami mendapat pengalaman baru yaitu mengenali suara baling2 kapal inggris.

Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus tempur laut) TNI AL mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS KRI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.

Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu "untuk apa...!?"kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tsb setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.

Dengan penolakan secara tidak etis tsb komandan KS KRI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam-diam Komandan KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.

Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan berkonvoi menuju Penang...dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang tiba-tiba KS KRI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.

 KS KRI Pasopati mendekati kapal TLDM


Pada etape II KS KRI Pasopati kelakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang. Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari disekati oleh KS secara diam diam dan...setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka...Muncullah dengan tiba-tiba KRI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka..maka gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS Pasopati.

Malamnya Dan Guspurla datang kepada Dan KRI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata "Jangan Sembrono lagi ya...", dijawab "Siap Laksamana"....

Bikin marah komandan fregat RAN
Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara TNI AL dengan RAN (Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke Surabaya.

Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara P. Bali dengan area latihan sebesar 10 Mil persegi, sebagai sasaran adalah KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat TNI AL dan RAN.

Dalam latihan kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas fregat RAN. LO dari TNI AL yang ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudah muncul dekat fregat RAN... Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar "ping" dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka...kenapa KRI Pasopati bisa menghindari Sonar mereka

Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Feb 1976 s/d 26 Mar 1976.
Pada saat itu KS KRI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota Baucau, tiba-tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih tanpa ada satu kapalpun disana.

"Juru sonar, berapa baringan dan kecepatan?" tanya komandan. "Baringan 040 kecepatan 10 knots ndan" jawab juru sonar. Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal disitu. Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang mendekat. Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.

"Siapkan torpedo untuk ditembakkan" perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru sonar berkata "Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!"

Ternyata KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan Timtim...dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka yang KSnya bisa secepat itu pada masa itu...

Pernah bertemu di pasifik?
Pada tahun 1978 saya diangkat menjadi Athan RI untuk Iran yang berkedudukan di Teheran, alkisah pada suatu resepsi kemiliteran saya dan isteri hadir sebaai undangan , dan begitu pula dengan athan dari Negara lainnya, saya mengenakan dinner jacket lengkap beserta tanda jasa dan tak lupa brevet hiu kencana yang saya banggakan.

Tampak asyik berkumpul para athan dari USSR, USA, Jepang, dan belanda. Sayapun bergabung dengan mereka. rupanya mathan USA matanya jeli menangkap kilatan brevet hiu kencana yang saya pakai, tampak dia mencolek athan belanda yang aku lupa namanya sebut saja si jan(yan),

“yan, kau pernah bertemu santo di pasifik kan?”
sudah menjadi kebiasaan orang barat bila sudah merasa dekat akan menyapa dengan nama panggilannya saja tanpa embel2 apapun, spontan saya menjawab
“ya , si yan pernah mengirim roti saat itu tapi rotinya gak sampai”
Saya mengetahui itu karena saya mengetahui bahwa si yan adalah komandan kapal fregat belanda yang menjatuhkan bom laut pada kami(RI Nagabanda) tapi tidak tepat sasaran, sedangkan kami harus terus menerus menyelam selama 36 jam, bahkan salah satu kelasi kami berkelakar pada saya,
“tenang saja pak , komandan kapal diatas(fregat belanda) itu teman komandan kita saat di belanda”

Ya, memang komandan kpal kami adalah alumnus AAL nya belanda, tapi beda angkatan dengan komandan kapal fregat itu. Tidak dapat dipungkiri kehadiran kapal selam RI waktu itu terasa sebagai efek deterrence yang sanagat hebat, apalagi 6 kapal selam yang baru dilengkapi torpedo SUT (homing torpedo) yang tercanggih di jamannya sudah di siagakan di lapis kedua atau lingkar dalam yang sewkatu2 dapat di perintahkan bergerak.

Dulu ada armada vii as yg mau lwt selat sunda tp tanpa permisi, pas kehadirannya sdh diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu sekitar selat sunda...lalu diberi peringatan radio...tetap sombong acuh saja...lalu stlh ada perintah dri pejabat berwenang yg tertinggi dlm hal ini..dg perintah...

"lakukanlah segala sesuatu yg menurut kalian adlh benar demi menjaga kehormatan nkri, semuanya terserah kalian!"...lalu stlh beberapa saat kontak tdk ditanggapi...ks ri melakukan jibaku (dg maksud utk medekati mau mengawal biar tdk macam2 tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk armada vii as)..pergerakan ks yg semakin medekat kapal induk dan mematikan sinyal radio...sangat menggentarkan mereka..krn pikirnya kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh ks ri tsb...pd detik2 kritis kapal induk armada 7 & rombongan pengawalan berbalik arah putar haluan tdk jd lwt selat sunda tp ambil arah ke australia...akhirnya semua crew ks ri berteriak hore kita menang..jalesveveva jaya mahe...jayalah negeriku indonesia dilaut!!!

Memang benar ini adalah sekelumit pengalaman mendebarkan manuver nekad abiez crew hiu kencana ks ri dg berbaliknya armada 7 maka kemenangan politis ada pd 

Helikopter Raksasa Mi-6 TNI AU pada era TRIKORA

Helikopter terbesar yang pernah dimiliki oleh TNI AU pada masa Operasi Trikora


Kekuatan Raksasa Militer Indonesia Tahun 1960


Postingan saya kali ini ingin mengulas tentang sejarah Indonesia pada tahun 1960-an tepatnya pada era Bung Karno. Mungkin beberapa dari kalian sudah mengetahui betapa hebatnya kekuatan militer Indonesia pada saat itu. Tapi saya ingin mengingatkan kembali supaya kita tidak lupa dan menjadi minder dengan negara lain. Seperti kata Bung Karno, "JAS MERAH, janga sekali2 melupakan sejarah".

1960-an, Era Presiden Sukarno.
kekuatan militer Indonesia adalah salahsatu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Sovyet.

1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.

Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat “Trikora” di Yogyakarta, dan isinya adalah:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.
KRI Irian
Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat ini, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan.

Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salahsatu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. (kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton).

Angkatan udara Indonesia juga menjadi salahsatu armada udara paling mematikan di dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri dari :

1. 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed.
2. 30 pesawat MiG-15
3. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.
4. 10 pesawat supersonic MiG-19.

Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salahsatu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang Dunia II seperti P-51 Mustang.
Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.
Tu-16 Tupolev
Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salahsatu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya.
Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat.

Kapal Selam kelas Whiskey
Mi-6
Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan kapal tempur kelas Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47.
Antonov An-12B
Mi-4
Ini semua membuat Indonesia menjadi salasahtu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima.

Tu-16 Badger Pembom Strategis Jarak jauh yang pernah dimiliki oleh TNI AU pada masa TRIKORA


Tu 16, Pesawat Pembom Jarak Jauh & Terbesar AURI

Tu 16, Bomber Indonesia Yang Menggetarkan Dunia
Suwandi Sudjono , Dengan Tu-16 Fly Over Kualalumpur
1961, dia menjemput dua pesawat Tu-16 Badger ke Rusia. Sembilan tahun kemudian, 1970, dia pula yang menerbangkan pembom raksasa itu untuk terakhir kali dan langsung meng-grounded. Seperti sudah menjadi pengetahuan bersama, Indonesia pernah mengoperasikan pembom strategis, Tupolev Tu-16 Badger. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 24 pesawat. 12 versi pembom (Badger A), 12 pesawat lagi versi pembopong rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Versi pembom dioperasikan Skadron 41, sementara Tu-16 KS di Skadron 42. Keduanya beroperasi dibawah kendali Wing 003. Marsma (Pur) Suwandi Sudjono, penerbang Indonesia pertama yang mencicipi Tu-16 sekaligus menerbangkannya untuk terakhir kali (farewell flight) pada bulan Oktober 1970, menuturkan pengalaman yang dilaluinya 39 tahun lalu. Disela keterbatasan daya ingat yang mulai menurun, penerbang lulusan Sekolah Penerbang Lanjutan (SPL) X 1960 ini, menerima Angkasa di kediamannya di Komplek Perumahan TNI AU, Jatiwaringin.

Diselimuti rahasia
Usai merampungkan pendidikan penerbang di SPL Yogjakarta, Letda Udara Suwandi beserta tiga rekannya Sumarno, J Wattimena, dan DEF Dumatubun, langsung ditempatkan di Skadron 1/Pembom, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Malang tak bisa dihindari, Wattimena dan Dumatubun gugur dalam latihan terbang malam menggunakan pesawat B-25 Mitchell tanggal 25 Mei 1960. Pesawatnya jatuh di daerah Pondok Gede (sekarang stasiun pengisian bahan bakar umum-Red), enam hari sebelum Presiden Soekarno menyematkan wing penerbang di dadanya sebagai penerbang TNI AU.

Belum sampai setahun bercokol sebagai bomber, Februari 1961 datang panggilan yang tidak pernah diduga-duga Suwandi. Dia dan Sumarno (marsma purnawirawan, wafat 5 April 1991), ditugaskan menjemput pesawat yang paling menakutkan saat itu. Hanya Amerika dengan pembom B-58 Hustler-nya serta Inggris dengan pembom uniknya V bomber, yang mampu mengimbangi Uni Soviet. Lucunya, Suwandi dan tentu juga Sumarno, mengaku tidak tahu-menahu seperti apa sosok Tu-16 serta seberapa besar daya deterent-nya (bagi Barat). “Saya masih muda, tidak tahu menahu. Saya hanya merasa senang karena ke luar negeri. Pokoknya, tahunya berangkat dan membawa pulang Tu-16 dengan selamat,” tutur Suwandi, pria kelahiran Banyumas, 4 April 1936.

“Padahal saya masih ko-pilot,” katanya lagi. Memang, ketika diberangkatkan, Suwandi dan Sumarno masih berstatus ko-pilot (B-25). Tapi begitulah keadaan TNI AU pada tahun-tahun 50-an dan 60-an. Terutama setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1950 yang meninggalkan puluhan pesawat bagi TNI AU, kebutuhan kapten pilot menjadi sangat mendesak. Comot sana-sini, peralihan tugas hampir tidak terduga. Kalau hari ini terbang B-25, bisa saja besoknya pilot bersangkutan terbang C-47 Dakota. Keadaannya semakin tak terkendali, ketika Soekarno mengobarkan kampanye Trikora untuk merebut Irian Barat.
Tu-16 & his crew
Dengan persiapan terbilang kilat untuk mengejar kebutuhan penerbang, Suwandi yang ber-callsign “Thunder Jet” dan Sumarno “Thunder Bird” berangkat ke Riazan, Uni Soviet. Kedua pemuda ini didampingi Mayor Saroso Hurip dan Mayor Sutopo. Mestinya, dituturkan Suwandi, Saroso Hurip yang akrab dipanggil Pak Cok tentu sangat mengerti tujuan yang hendak dicapai. Entah terlalu rahasianya, atau karena Saroso terlalu senior dibandingkan kedua anak muda ini, selama perjalanan tidak banyak pembicaraan yang bisa dilakukan Suwandi dengan Saroso. “Selama diperjalanan, Pak Cok tidak mengatakan apa-apa,” kata Suwandi.

Setibanya di Moskow, mereka langsung menuju Riazan, selatan Moskow. Pengiriman Suwandi yang bisa disebut crash program, terlihat dari masalah bahasa. Keduanya tidak diberikan kursus Bahasa Rusia. Jalan keluarnya diambil dengan memanfaatkan jasa penterjemah. Pendidikan diberikan kepada Suwandi dan Sumarno sebagai ko-pilot secara cepat. Begitu buru-burunya, mereka hanya empat bulan di Riazan sebelum akhirnya pulang ke tanah air membawa Tu-16. Sementara Saroso dan Sutopo, sudah lama kembali ke Indonesia.

Hari kepulanganpun tiba. Sekali lagi, Suwandi tidak diberitahu. Terkesan dadakkan, dan dirahasiakan. Suwandi hanya ingat, ketika dua Polisi AU Rusia datang menjemputnya tengah malam di sebuah hotel tempat menginap di Kota Moskow. Petugas itu hanya berujar singkat sambil menyodorkan surat pengantar, bahwa Suwandi harus segera berkemas untuk bersiap membawa Tu-16 ke Indonesia.

Disini uniknya. Begitu dijemput, mereka dibawa naik mobil berputar-putar di Kota Moskow dengan arah yang sulit ditebak Suwandi maupun Sumarno. Tidak hanya dibawa berkelok-kelok, mobil dan petugas yang tidak mengucapkan sepatah katapun diganti, yang semakin mengaburkan bagi mereka dan memang itulah tujuannya. “Ini khasnya intelijen,” jelas Suwandi.
TU-16 & with his Kennel missile
Hingga sampailah mereka di sebuah pangkalan udara AU Uni Soviet. “Saya tidak tahu nama pangkalannya dan kemana arahnya. Membingungkan sekali.” Suwandi hanya melihat jejeran dalam jumlah besar, pesawat tempur dan pembom Soviet. Tanpa membuang-buang waktu lagi, digelapnya malam, Suwandi dan Sumarno mempersiapkan diri. Briefing singkat diberikan. Semua peralatan, termasuk masker untuk menghindari kekurangan oksigen telah tersedia. Suwandi ditunjuk sebagai ko-pilot Tu-16 yang dinomori M-1601. Sementara Sumarno M-1602. Pilotnya orang Rusia.

Begitulah, dua pesawat Tu-16 pertama Indonesia berangkat dari sebuah pangkalan udara Rusia yang tidak jelas nama dan letaknya. Dari sini, mereka mengarah ke sebuah pangkalan di selatan Siberia, di wilayah Irkut. Dalam perjalanan panjang melelahkan yang memakan waktu sekitar tujuh jam itu, tidak banyak pula yang dibicarakan Suwandi dengan kapten pilotnya. Hanya hamparan salju putih sejauh mata memandang, selama perjalanan hingga mendarat di Irkut. Sekali lagi, di sini dia melihat deretan pesawat AU Rusia dalam jumlah besar. Setelah melakukan persiapan secukupnya, pesawat kembali mengudara.

Kali ini, mereka akan melintasi perbatasan menuju Cina. Demi keamanan dan menghemat bahan bakar, mereka terbang di ketinggian 12 kilometer. Pendaratan berikutnya ditentukan di Peking (sekarang Beijing-Red). Dari Peking, kedua pesawat direncanakan mendarat di Rangoon, Myanmar. Namun karena cuaca buruk (bad weather), pendaratan terpaksa dialihkan ke Kunming masih wilayah Cina, menjelang perbatasan Myanmar. Esoknya, baru mereka mendarat di Rangoon. Selama perjalanan, hampir tidak ditemui hambatan berarti, termasuk incaran dari pesawat-pesawat Barat.
TU-16 AURI Flying

Di Rangoon sudah menunggu Saroso dan Sutopo. Karena dalam perjalanan ke Indonesia, kedua penerbang ini akan on board sebagai kapten pilot. Lalu bagaimana dengan Suwandi dan Sumarno? “Kami disuruh ke Singapura untuk refreshing, sebelum kembali ke Jakarta dengan menumpang airline,” jelas Suwandi senyum.
Baru beberapa hari di Indonesia, Suwandi sudah mendapat perintah operasi baru lagi. Dia ditugaskan ke Irian Barat menebarkan pamflet menggunakan B-25. Tapi lagi-lagi, belum lama bertugas, dia diperintahkan untuk kembali ke Rusia, persisnya ke Simferopol, untuk menjemput pesawat ketiga dan keempat versi KS. Dalam keberangkatan kedua ini, TNI AU mengirim empat kapten pilot : Kapten Udara Sardjono (pimpinan rombongan), Lettu Udara Jhony Herlaut, Lettu Udara Suwandi, dan Letda Udara Sumarno. Karena sebelumnya ke Simferopol sudah dikirim beberapa kadet penerbang, mereka langsung ditunjuk sebagai ko-pilot.

Rute yang diambil tidak berbeda dengan yang pertama. Waktu pendidikan juga masih sama, empat bulan. Hanya saja kali ini, mereka sempat menyaksikan penembakkan rudal KS, namun belum sempat terbang malam. Seperti yang pertama, setibanya di Rangoon pesawat kembali diambil alih oleh Pak Cok. Adapun set crew pengambilan kedua ini : Suwandi dengan (alm) Isnaen, Jhony Herlaut dengan Damanik, Sumarno dengan Rahmat, dan Sardjono dengan Masulili.

Sejak kedatangan kedua, berturut-turut setelah itu ke-24 pesawat Tu-16 datang silih berganti. Sementara menunggu rencana perebutan Irian Barat yang tidak jelas entah kapan, para penerbang berkebangsaan Rusia diinapkan di Sarangan, Madiun. Saat itu, hanya tiga lanud yang bisa menampung Tu-16, yaitu Lanud Halim Perdanakusuma, Iswahyudi Madiun, dan Polonia Medan. Menurut Suwandi, orang-orang Rusia ini disiapkan untuk menghantam target favorit kala itu, kapal induk Belanda Karel Doorman.

Sebagai mantan penerbang Tu-16 dengan rekor jam terbang terlama, tentu banyak kisah yang dilalui Suwandi selama hampir sepuluh tahun bersama pesawat karya sang maestro Andrei Tupolev. Suwandi sangat yakin, bahwa untuk jam terbang, dia paling banyak di Tu-16. Mengingat dialah orang pertama yang menerbangkan Tu-16, sekaligus mengakhiri penerbangan Tu-16 untuk selama-lamanya di Indonesia.

Jatuh di ladang tebu
Begitu tiba di Indonesia, Tu-16 segera disiapkan menghadapi kampanye Trikora untuk merebut Irian Barat, walau urung dilaksanakan. Lanud Morotai turut disiapkan jika perang memang pecah. Namun setidaknya, keberanian awak Tu-16 pantas diacungkan jempol. Pernah ketika Armada ke-7 AL AS yang berpangkalan di Hawaii melintas diperairan Indonesia, “Dengan beraninya kita fly over di atas mereka,” aku Suwandi. Tindakan ini jelas sangat berisiko tinggi. Apa jadinya kalau Armada ke-7 menembak jatuh waktu itu?
Dengan hadirnya Tu-16 dan puluhan pesawat Rusia lainnya memperkuat AURI, benar-benar efektif dalam mendukung kedaulatan negara saat itu. Boleh dikatakan, tidak satupun negara di kawasan ini “berani” menggelitik Indonesia. Bagi Suwandi sendiri, selain bangga sebagai penerbang Tu-16 karena terlibat dalam berbagai misi penting masa itu, juga tidak bisa melupakan beberapa peristiwa selama aktif sebagai penerbang Tu-16.

Yang paling mencekam dan hampir merenggut nyawanya adalah peristiwa tahun 1962, ketika pesawat yang diterbangkannya mendarat darurat di kebun tebu rakyat di desa Geneng, Madiun, Jawa Timur. Penerbangan nahas malam itu hingga merenggut nyawa dua orang krew, merupakan bagian dari latihan terbang malam yang belum sempat diterima Suwandi di Rusia. “Karena selama di Simferopol kita tidak sempat terbang malam,” jelas Suwandi.

Malam itu, Bali ditetapkan sebagai daerah latihan. Disimulasikan Bali disusupi musuh. Latihannya langsung di bawah pengawasan instruktur Rusia. Ketika mesin pesawat dihidupkan, tidak ada tanda-tanda kejanggalan. Panel-panel indikator di kokpit menunjukkan pesawat dalam kondisi siap diterbangkan.

Pesawat sudah mengambil posisi di ujung landasan pacu, tinggal menunggu tanda dari tower. Setelah tower memberi izin, Suwandi mendorong throttle untuk mendapatkan tenaga penuh agar bisa lepas landas. Perlahan, pesawat mulai melaju ke arah selatan dan sesaat kemudian kesepuluh rodanya mulai terangkat dari permukaan landasan. Melihat selintas ke indikator lalu ke instrukturnya, Suwandi mengacungkan ibu jari pertanda semua berjalan baik. Pada detik-detik menentukan itu, ketika pesawat menjelang ujung landasan, mendadak satu mesin di sebelah kanan mati. “Padahal kita mendekati ujung landasan dengan full speed,” tutur Suwandi. Kalau dihentikan, jelas pesawat akan overshoot dan terjungkal ke dalam jurang kecil yang menganga di ujung landasan.

Apa boleh buat, Suwandi dan instrukturnya harus meneruskan sesuai prosedur. Dengan satu mesin pesawat terus naik, dan setelah diskusi singkat dengan instrukturnya, mereka memutuskan kembali ke base (RTB). Namun upaya menghidupkan kembali mesin yang mati, tetap dilakukan. Pesawat berbelok, siap mendarat kembali. Celakanya, ketika sampai di down wind pada ketinggian sekitar 800 meter, mesin kedua pesawat yang membawa bahan bakar 30 ton itu ikut-ikutan mati.

Menghadapi situasi genting seperti itu, Suwandi berusaha tetap tenang. Mereka mempertahankan agar ketinggian pesawat tidak turun secara drastis. “Mau loncat, pesawat terlalu rendah,” kata Suwandi. Akhirnya instrukturnya memutuskan pesawat dipaksa masuk ke final (lintasan pada pola pendaratan pesawat yang lurus ke landasan, di mana pesawat siap mendarat) agar bisa mendarat secepat mungkin.

Tapi sudah tidak keburu. Pesawat stall dan jatuh menghujam kebun tebu menjelang landasan. “Saya tidak tahu apa yang terjadi, karena begitu menghujam, saya seperti sudah mati, tidak merasakan apa-apa lagi” akunya. Apakah pesawat meluncur, Suwandi tidak bisa memastikan. “Beberapa detik sebelum jatuh, roda saya turunkan, lalu dengan setengah berteriak saya perintahkan Lettu Geraldus Ramba (second navigator-Red), fasten seat belt, turn off electrical system, lalu saya rasakan benturan keras dan saya tidak tahu lagi apa yang terjadi,” tutur Suwandi lagi.

Pesawat hancur berantakkan. Bagian depannya (nose) lepas dari ruang kabin tengah, sementara ruang kabin tengah terpotong dari ekor (tail) yang rupanya tertancap di tanah. Dengan kata lain, pesawat Tu-16 itu terbelah menjadi tiga bagian. Di gelapnya malam itu, sulit mengetahui secara pasti dimana hidung pesawat dan dimana bagian tengah pesawat. Untung kebakaran tidak terjadi, karena sistem listrik sudah dimatikan.

Kerasnya benturan, membuat semua crew seperti batu yang dilontarkan dari ketapel, terdorong ke depan. Kepala Geraldus sampai menyodok di antara pilot dan kopilot. Posisi kepala pesawat yang miring ke kiri, menyulitkan Suwandi untuk keluar. Dia terhimpit dan tidak bisa bergerak lagi. Lalu terdengar suara, “Ndi, kon isih urip.” Suwandi tahu, yang bertanya Didi Pribadi, first navigator. “Aku isih urip, mbok coba nggoleki bantuan neng jobo,” jawab Suwandi.

Sesaat kemudian, dia lihat kepala Geraldus di sebelahnya. “Tapi saya tidak bisa melihat dengan jelas, karena gelap. Baru kemudian saya tahu kepalanya tertutup lumpur. Lalu saya bersihkan agar bisa bernapas,” kata Suwandi. Karena melihat instrukturnya terkulai tak berdaya, Suwandi mencolek beberapa kali menggunakan kakinya. “Dia tidak beraksi, saya yakini dia tewas.”

Ada peristiwa lucu di sini. Wahyudi, tail gunner, mengira Suwandi meninggal. Jadi setelah keluar dari bagian ekor pesawat, dia mencari-cari dan meraba-raba karena gelapnya malam. Yang bisa diketahuinya secara pasti hanyalah bagian ekor pesawat, dimana dia on board. Dia tidak melihat, bahwa bagian lain dari pesawat terpental jauh dari ekor. Yang ditemukannya ekor pesawat nungging ke atas. Wahyudi bergumam, “Berarti badan pesawat amblas ke dalam tanah.” Langsung saja dia mengambil sikap sempurna, memberi hormat kepada pilotnya yang “gugur”.

Setelah memberi hormat secukupnya, dalam kepanikkan yang luar biasa, Wahyudi pergi melenggang untuk pulang ke rumahnya di Solo. “Kita ditinggal begitu saja,” papar Suwandi. Dalam rentang waktu yang sulit diduga, first navigator Didi Pribadi berhasil pula keluar dari hidung pesawat lewat pecahan yang menganga. Dalam kecelakaan malam itu, dua orang langsung meninggal. Kopilot (Rusia) dan special operator Letda Yoga. Tak lama berselang, penduduk setempat datang berbondong-bondong sambil membawa obor. Terangnya cahaya obor menyadarkan semua orang, bahwa pesawat telah terbelah menjadi tiga. Dengan sedikit susah payah karena terikat safety belt, mereka keluarkan jenazah kopilot. Saking tidak percayanya Suwandi akan keajaiban yang diberikan Tuhan kepadanya untuk masih bisa bernapas, dipegangnya (maaf) kemaluannya. “Oh… masih ada,” tuturnya sambil tertawa.

Menurut penelitian yang dilakukan kala itu, jelas Suwandi, kecelakaan diduga karena terjadinya pengendapan ganggang mikro di dalam tanki bahan bakar. Ganggang ini, tambah Suwandi, berkembang biak di dalam molekul-molekul avtur. Jumlahnya terus bertambah, karena ternyata ketika masuk ke filter menjelang ke pembakaran (burner), ganggang justru membelah diri dan berkembang biak.

Sejak peristiwa itu, pemeriksaan selalu dilakukan sebelum Tu-16 terbang untuk mendeteksi kadar ganggang dalam tanki dengan mencelupkan alat pendeteksi. Kemungkinan lain munculnya ganggang menurut Suwandi, adalah cara penyulingan yang kurang sempurna. Beberapa hari kemudian, reruntuhan bangkai pesawat di bawa ke pangkalan dan ditempatkan di hanggar pemeliharaan. Didi Pribadi kaget alang kepalang begitu melihat pesawat. Ternyata, lubang tempat dia meloloskan diri teramat kecil untuk lelaki dewasa seperti dia bisa keluar. “Ajaib, sulit dipercaya,” papar Suwandi.

20 mesin
Tu-16 terlibat penuh dalam kampanye Trikora dan Dwikora. Hanya saja, Dwikora lebih banyak memberikan kesan kepada Suwandi. Sebutlah suatu malam, Suwandi diperintahkan Komodor Leo Wattimena terbang di atas Kuala Lumpur. “Leo yang memerintahkan, dia juga ikut,” aku Suwandi. Skenarionya lebih kurang begini: Tu-16 terbang dari Medan dan akan show of force di atas Kualalumpur. Untuk menipu radar lawan, pesawat Il-28 Beagle yang diterbangkan Oloan Silalahi disuruh berputar-putar di atas Belawan. Tapi apa yang terjadi. Baru saja pesawat memasuki wilayah udara Singapura, mendadak seluruh lampu padam. Inggris yang mengetahui kedatangan bomber menakutkan itu, langsung bertindak. Tu-16 di-jammed!

Kapten Suwandi yang sebenarnya belum diizinkan terbang malam oleh Dan Wing 003 Letkol Suyitno, sempat kehilangan akal. Avionik tidak berfungsi, sistem navigasi dibuat macet. Tapi tidak ada waktu lagi untuk berdebat. Dia langsung memutar arah pesawat, dan segera mengontak lewat radio tower Medan. Begitulah, lewat tuntunan radio dan kompas magnetik, dia menyusuri “jalan” ke Medan hingga mendarat dengan selamat.

Sebagai pesawat pembom jarak jauh (strategic bomber), pergerakkan Tu-16 sangat ketat. Penggunaan bom dan roketnya, konon harus seizin presiden. Pola terbangnya tak pernah lepas dari intelligence, surveillance, dan reconnaissance (ISR). Semisal diperintahkan stand by di Medan. Dari Madiun, pesawat akan terbang 100 kilometer dari batas pantai selatan ke arah barat. Tak jarang pula, mereka “bermain” hingga mencapai Pulau Andaman sebuah pulau kecil di Teluk Bengal yang memisahkan India dan Myanmar.

Presiden Soekarno yang menyadari kebesaran AURI, tak jarang memanfaatkan AURI untuk mempertegas kedaulatan negara. Kalau bertepatan Hari Kemerdekaan, puluhan pesawat mulai dari pemburu, pembom, angkut, dan latih, melintas seperti menutupi langit Istana Merdeka. Juga bertepatan Hari ABRI (sekarang TNI-Red) di Kemayoran. Hal yang sama juga diminta Soekarno setelah Irian Barat kembali ke pangkuan RI.

Tapi dengan meletusnya gerakan militer yang berupaya menjatuhkan pemerintahan berkuasa pada tanggal 30 September 1965 yang akhirnya berhasil ditumpas TNI, membawa dampak sangat besar buat AURI. Hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Timur menjadi putus. Bagi AURI berarti hilangnya sumber utama pemasok suku cadang. Alhasil, secara perlahan-lahan kesiapan pesawat-pesawat negara Timur ini mulai menurun. “Dalam setahun paling hanya 12 kali terbang,” jelas Suwandi

Kanibalisasi tidak bisa dielakkan, untuk mempertahankan agar sejumlah pesawat tetap terbang. Sampai akhirnya pada suatu hari di bulan Oktober 1970, dilakukan test flight Tu-16 registrasi M-1625 setelah dikanibal habis-habisan. Itupun tidak segampang yang dibayangkan, karena suku cadang pesawat yang satu belum tentu cocok dipasangkan ke pesawat yang lain. Aneh, memang. Tapi menurut Marsda (Pur) Subagyo, Komandan Wing Logistik 040 saat itu, mesinnya masih banyak. “Saat itu ada 20 mesin baru, tapi hanya mesin, suku cadang yang lain tidak ada,” jelas Subagyo.

Maka hari itu, Komandan Wing 003 merangkap Komandan Skadron 41 Letkol Suwandi (pilot), Kapten Udara Rahmat Somadinata (kopilot), dan Kapten Nav. Beny Subyanto (first navigator), menerbangkan M-1625. Yang paling menyentuh pada hari itu, M-1625 merupakan satu-satunya dari sekian puluh pesawat Tu-16 yang tersisa dalam kondisi siap terbang.

M-1625 terbang dengan baik hingga ketinggian 4.000 kaki di atas landasan. Hari itu, selain mereka rayakan dengan kembali terbangnya Tu-16 setelah disiapkan sekian lama, juga hari pertama para penerbang menerima uang wing.

Untuk kedua kalinya, Suwandi kembali diuji. Di ketinggian 4.000 kaki di atas landasan, kedua mesin mati berbarengan. Sebagai penerbang senior, Suwandi bertindak tenang. Tanpa memperlihatkan kepanikkan, pesawat diarahkannya ke landasan sambil memanfaatkan daya luncur pesawat. Landing gear diturunkan, dan begitu roda-roda menjejak landasan Suwandi segera melepaskan brake chute. Pesawat terhenti di ujung landasan.

Lalu apa? “Sejak hari itu, semua Tu-16 saya grounded,” kata Suwandi. Agar para penerbang tidak nganggur, mereka disalurkan ke Skadron Angkut, Merpati, dan Garuda. “Termasuk Lettu Surendro (suami Megawati Soekarno Putri, saat itu, yang kemudian gugur ketika menerbangkan Sky- van-Red),” tambah Suwandi. Sebelum keputusan politik men-scrapped Tu-16 keluar sebagai syarat memperoleh F-86 Sabre dan T-33 T-bird dari Amerika, sekian lama pembom Tu-16 sempat dijejer di pinggir landasan Iswahjudi, Madiun, tanpa “penunggu”.

Biodata Kang Agil

Arsip Blog

Wadya Balad