Kabupaten Kuningan,
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis Kabupaten ini di antara 108°23″ –
108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ – 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di
bagian Timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon di Utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di Timur, Kabupaten Ciamis di Selatan, serta Kabupaten
Majalengka di Barat. Kabupaten Kuningan terdiri
atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan
15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah
kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan,
dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.076 m) yang biasa salah kaprah disebut
dengan Gunung Ciremai, gunung ini berada di
perbatasan dengan Kabupaten Majalengka, gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat.
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi
sudah terdapat kehidupan manusia di daerah Kuningan, hal ini berdasarkan pada
beberapa peninggalan kehidupan di zaman pra sejarah yang menunjukkan adanya
kehidupan pada zaman Neoliticum dan batu-batu besar yang merupakan peninggalan
dari kebudayaan Megaliticum. Bukti peninggalan tersebut dapat dijumpai di
Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu
dengan ditemukannya peninggalan pra-sejarah pada tahun 1972, berupa alat dari
batu obsidian (batu kendan), pecahan-pecahan tembikar, kuburan batu, pekakas
dari batu dan keramik.
Sehingga diperkirakan pada masa itu
terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa Situs Cipari mengalami dua
kali masa pemukiman, yaitu masa akhir Neoleticum dan awal pengenalan bahan
perunggu berkisar pada tahun 1000 SM sampai dengan 500 M. Pada waktu itu
masyarakat telah mengenal organisasi yang baik serta kepercayaan berupa pemujaan
terhadap nenek moyang (animisme dan dinamisme). Selain
itu diketemukannya pula peninggalan adat dari batu-batu besar dari zaman
megaliticum.
Dalam
carita Parahyangan disebutkan bahwa
ada suatu pemukiman yang mempunyai kekuatan politik penuh seperti halnya sebuah
negara, bernama Kuningan. Kerajaan Kuningan tersebut berdiri
setelah Seuweukarma dinobatkan sebagai Raja yang kemudian bergelar Rahiyang
Tangkuku atau Sang Kuku yang bersemayam
di Arile atau Saunggalah. Seuweukarma menganut ajaran Dangiang Kuning dan
berpegang kepada Sanghiyang Dharma (Ajaran Kitab Suci) serta Sanghiyang
Riksa (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan Kuningan pada zaman
kekuasaan Seuweukarma menyeberang sampai ke negeri Melayu. Pada saat itu
masyarakat Kuningan merasa hidup aman dan
tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama.
Berdasarkan sumber carita Parahyangan juga, bahwa
sebelum Sanjaya menguasai Kerajaan Galuh, dia harus mengalahkan dulu Sang
Wulan Sang Tumanggal dan Sang Pandawa tiga tokoh penguasa di Kuningan (Triumvirat), yaitu
tiga tokoh pemegang kendali pemerintahan di Kuningan sebagaimana
konsep Tritangtu dalam konsep pemerintahan tradisional suku Sunda Buhun. Sang Wulan,
Tumanggal, dan Pandawa ini menjalankan pemerintahan menurut adat tradisi waktu
itu, yang bertindak sebagai Sang Rama, Sang Resi, dan Sang Ratu. Sang
Rama bertindak selaku pemegang kepala adat, Sang Resi selaku pemegang kepala
agama, dan Sang Ratu kepala pemerintahan.
Oleh
karena itu, kerajaan Kuningan waktu dikendalikan
tokoh ‘Triumvirat’ ini berada dalam suasana yang gemah ripah lohjinawi, tata
tentrem kerta raharja, karena masing-masing dijalankan oleh orang yang ahli di
bidangnya. Tata aturan hukum/masalah adat selalu dijalankan adan ditaati,
masalah kepercayaan / agama begitu juga pemerintahannya. Semuanya sejalan
beriringan selangkah dan seirama.
Ketika Kuningan diperintah Resiguru
Demunawan pun (menantu Sang Pandawa), Kerajaan Kuningan memiliki status sebagai
Kerajaan Agama (Hindu). Hal ini nampak dari
ajaran-ajaran Resiguru Demunawan yang mengajarkan ilmu Dangiang Kuning -
keparamartaan, sehingga Kuningan menjadi sangat
terkenal. Dalam naskah carita Parahyangan disebutkan
kejayaan Kuningan waktu diperintah
Resiguru Demunawan atau dikenal dengan nama lain Sang Seuweukarma
(penguasa/pemegang Hukum) atau Sang Ranghyangtang Kuku/Sang Kuku, kebesaran Kuningan melebihi atau
sebanding dengan Kebesaran Galuh dan Sunda (Pakuan). Kekuasaannya meliputi Melayu, Tuntang,
Balitar, dan sebagainya. Hanya ada 3 nama tokoh raja di Jawa Barat yang
berpredikat Rajaresi, arti seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus ahli
agama (resi). Mereka itu adalah:
-
Resi Manikmaya dari Kerajaan Kendan (sekitar Cicalengka - Bandung)
-
Resi Demunawan dari Saunggalah Kuningan
-
Resi Niskala Wastu Kencana dari Galuh Kawali.
Perkembangan kerajaan Kuningan selanjutnya seakan
terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu
menganut agama Hindu di bawah pimpinan Rakean
Darmariksa dan merupakan daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal
dengan nama Pajajaran. Cirebon juga pada tahun 1389
masehi masuk kekuasaan kerajaan Pajajaran, namun pada abad
ke-15 Cirebonsebagai kerajaan Islam menyatakan
kemerdekaannya dari Pakuan Pajajaran.
Sejarah Kuningan pada masa Islam tidak
lepas dari pengaruh kesultanan Cirebon. Pada tahun 1470 masehi
datang ke Cirebon seorang ulama besar
agama Islam yaitu Syeh Syarif
Hidayatullah putra Syarif Abdullah dan ibunya Rara Santang atau Syarifah
Modaim putra Prabu Syarif Hidayatullah adalah murid Sayid Rahmat yang lebih
dikenal dengan nama Sunan Ampel yang memimpin
daerah ampeldenta di Surabaya. Kemudian Syeh Syarif
Hidayatullah ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk
menyebarkan agama Islam di daerah Jawa
Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala
Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji Doel
Iman.
Pada
waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan pimpinan pemerintahan
kepada Syeh Syarif Hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena
terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh
Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Luragung, Kuningan
yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu
itu dipimpin oleh Ki Gedeng Luragung yang bersaudara dengan Ki Gedeng
Kasmayadari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng
Luragung memeluk agama Islam.
Pada
waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, Kuningan,
datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina(bergelar: Ratu Rara Sumanding)
ke Luragung, Kuningan,
dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan
dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung,
Kuningan, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki
Gendeng Kuningan di Winduherang,
dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar
disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng
Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan namanya Amung
Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya
menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak
dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati
Kuningan.
Setelah Pangeran Kuningandan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan (Adipati Kuningan) dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan
Masuknya Agama Islam ke Kuningan nampak dari munculnya
tokoh-tokoh pemimpin Kuningan yang berasal atau
mempunyai latar belakang agama. Sebut saja Syekh Maulana Akbar, yang akhirnya
menikahkan putranya, bernama Syekh Maulana Arifin, dengan Nyai Ratu
Selawatipenguasa Kuningan waktu itu (putra Prabu
Langlangbuana). Hal ini menandai peralihan kekuasaan dari Hindu ke Islam yang memang berjalan dengan
damai melalui ikatan perkawinan. Waktu itu di Kuningan muncul
pedukuhan-pedukuhan yang bermula dari pembukaan-pembukaan pondok pesantren,
seperti Pesantren Sidapurna (menuju kesempurnaan), Syekh Rama Ireng (Balong
Darma). Termasuk juga diantaranya pesantren Lengkong oleh Haji
Hasan Maulani.
kisah NYATA berbagi info...
BalasHapussaya belum lama ini
bulan juni 2016
tepat di hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016)
KU DI TIPU
rumah juru kunci (PALSU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
ciri-ciri: orang kurus,kulit kuning sawo,tinggi 160+
(PRAKTEK DGN BONEKA JENGLOT PALSU)
melakukan pesugihan dana Goib
di desa pagundan
kampung dusun kliwon
kuningan (jawa)
tempat tinggal istri ke 1(TUA)
(anak 2 cowo)
juru kunci (PALSU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
mempunyai 3 istri
selama menipu sebagai juru kunci PALSU 8 thn...
tempat makam keramat&sumur keramat
desa pagundan (TIPUAN/PENIPU)
kampung dusun kliwon (KUNINGAN)
aku hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016) melakukan ritual selama 3x..(Ritual)...
sampai aku merogoh kocek ku sebesar 35jt lebih...
membeli CERUTU JANGKRIK (komplit)
35pcs x 600rb = 21 jt
mebeli sesaji (komplit):
nasi tumpeng
buah,menyan,kembang dll
sebesar 14jt lebih...
juru kunci (MENIPU KU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
alamat Rumah tinggal >>>>
istri (MUDA) ke 2 anak 4 (3 cewek 1 laki)
Desa sidarja
kampung cisalak
blok pahing
kecamatan ciawi gebang
kabupaten kuningan (jawa)
Rumah a/n:Ading 36thn (PENIPU)
yg mengaku juru kunci..
di belakang sekolah SD negri
turun lapangan bola
sidaraja kuningan
ku mengadakan Ritual dana goib
hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016)
di makam keramat & sumur keramat
di desa pagundan
kampung dusun kliwon (KUNINGAN)
selama 3x...(3 hari komplit sesajen)
tepat ritual yg ke 3 hari minggu,
juru kunci PALSU
a/n: Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
berkata di makam keramat,mengatakan uang dana goib,akan di antar langsung oleh arwah makam keramat
desa pagundan
kampung dusun kliwon (kuningan)
tepat jam 1 malam di Rumah aku
tggu di jembatan ke5 dekat Rumah ku
setelah melakukan ritual yg ke3x..
(komplit sesajen dari ke 1x-3x)
ku lansung bergegas pulang ke Rumah
dan ku sampai di jembatan yg ke5
hari minggu pkl 11 malam...
ku tunggu,sambil baca mantra panggil arwah makam keramat
ku baca mantra sampai pkl 3 subuh (minggu 12-6-2016)
arwah makam keramat tak kunjung hadir/datang...
juru kunci PALSU
a/n:Ading 36 thn (PENIPU)
hp.081223871269
ku tlp&sms juru kunci palsu itu
tidak di angkat&tidak membalas sms ku sama sekali (ku di tipu)..
hati-hati saudara ku
jangan mudah percaya,apa lagi baru kenal&mengaku juru kunci,paranormal,dukun dsb
(modus penipuan)
www.ading36thn_penipuan.com
sekian dan terima kasih
alamat rumah yg di tinggal&di tempati >>>>
juru kunci (PALSU)
a/n: Ading 36 thn (PENIPU)
hp.081223871269
(PRAKTEK DGN BONEKA JENGLOT PALSU)
istri (MUDA) ke 2 mempuyai
anak 4 (cewe 3 cowo 1)
desa sidarja
kampung cisalak
desa pahing
kecamatan ciawi gebang
kabupaten kuningan (jawa)
di belakang SD NEGRI
SiDARAJA KUNINGAN