'WILUJENG SUMPING'

Riung mungpulung Urang Sindangsari
Silih Asah Silih Asih Silih Asuh

Jumat, 11 November 2011

KUNINGAN LETAK PEMERINTAH EMAS DAN PERAK

Pusaka peninggalan leluhur Kuningan Medang Kamuliaan (Kajene)
Pusaka peninggalan leluhur Kuningan Medang kamuliaan (Kajene)

Siapa sangka, Pemerintah Emas dan Pemerintah Jakarta yang dikenal sebagai Kerajaan Nusa Kendang pertama di Nusantara, dan berkedudukan sebagai Pusat Jagat Pati (Raja Dunia), ternyata terletak di wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Demikian dinyatakan Sesepuh Kuningan, HE Madrohim ke Kuningan News, Kamis (7 / 7).
Menurut dia, pemerintah ini, konon didirikan oleh Sri Baginda Maha Raja Ismaya (Sang Hyang Bhatara Ismaya), atau Sri Badranaya Kartika Sakti sebagai Sang Penguasa yang berkedudukan di Giri Nata, tepatnya di kaki Gunung Ciremai Kuningan Jawa Barat. Hal tersebut dalam satu Wilayah Medang Kuningan Kamulian yang dikenal dalam bahasa Cina (Tolomo), dalam bahasa Yunani disebut Cryse (Keris) dinilai sebagai Lainnya Kekuatan.
"Dalam peta sejarah Dunia, Bangsa Romawi menyebut Wilayah ini dengan nama Labay yang berarti berlebihan, kaya akan konten mata airnya dan wilayahnya yang subur atau agraris.Pemerintah ini hidup berkisar pada zaman Wangkul (0 - 200 SM), "jelas H. Ohim panggilan akrabnya.
Keberadaan sejarah tersebut, lanjut dia, ditemukan melalui proses penelitian selama kurang lebih 50 tahun. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur Kuningan. "Ini sebagai wujud perhatian saya terhadap Kuningan tercinta, sebagai wilayah Sunda dan Nusantara. Kebetulan hari ini saya genap berusia 91 tahun. Saya harap penelitian ini akan untuk seluruh masyarakat Kuningan khususnya, Sunda dan Nusantara pada umumnya.Ini semata-mata demi menambah keyakinan terhadap Sang Maha Pencipta, Allah SWT, "jelasnya.
Madrohim yang juga mantan Sekda dan Ketua DPRD Kuningan era 1975, sekaligus sebagai seorang Purnawirawan TNI ini mengungkapkan, Pemerintah Emas, yang disebut sebagai Mo-ho-sin oleh beberapa dinasti Cina ini berkedudukan sebagai Pusat dayeuh (Ibu Kota) Pemerintahan Rajata Pura, di saat Sang Hyang Bhatara Ismaya (Sri Baginda Maha Raja Ismaya), yang bergelar Sang Maha Menteri. Letak persisnya adalah di Winduherang Kecamatan Kuningan, Jawa Barat.
Sementara Pemerintah Jakarta, sambungnya, dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah Agryre Chora, dan beberapa dinasti Cina menyebutnya sebagai Ho-ling, berkedudukan sebagai Pusat Tahta Kerajaan atau Lingga Pemerintah Jagat Desa atau Jagat Pati. Di sana, Sri Baginda Maha Raja Ismaya bersama Sri Baginda Maha Raja Umar Mahdi, atau sang Hyang Bhatara Antaga yang berkedudukan sebagai Tahta Raja.
"Pengendali wewenangnya sebagai Sang Penguasa Jagat Pati atau Raja Dunia, atau dalam bahasa Sundanya disebut Kuwu, adalah Sri Baginda Maha Raja Ismaya atau Sang Hyang Bhatara Ismaya. Pemerintah ini terpusat di Lingga Sana Kuningan Medang Kamuliaan dan sebagai tempat kedudukannya dikenal dengan nama Pakuwan, "tutur H Madrohim.
Dalam pengendaliannya, kata Madrohim, baik itu Pemerintahan (Negara Emas) dan Tahta Raja dalam Kenegaraannya (Negara Perak), Sang Bhatara Ismaya dan Shang Hyang Bhatara Antaga tidak bisa dipisahkan. Mereka saling terkait karena akan mengaping dan menata keturunannya kelak, untuk membuat satu kesuksesan sebagai Pusat Pemerintahan Dunia yang disebut (Tarum Nagara). Kemudian Tahta Pemerintahan Pemerintahan ini pada akhirnya dikenal sebagai Salaka Negara (Rajata Pura). Pada zaman inilah Sang Hyang Bhatara Ismaya dikenal sebagai Sang Aki Luhur Mulia (Aki Cirem).
Lebih jauh, Madrohim menjelaskan, waktu Tahta Salaka Negara diberikan kepada Syeh Subakir atau (Dewa Warman) yang wilayahnya terletak di Selatan Gunung Ciremai, tepatnya di Darmaloka Kuningan Medang Kamuliaan. Pada waktu ini, ia bergelar Prabu Darmaloka Pala Sri Haji Dewa Warman Raksa Gapura Sagara Hyang, atau dikenal sebagai Syekh Rama Gusti.Kelak, Keraton Pusat Salaka Darma ini dijadikan pula sebagai Pemerintah Indrapahasta pertama, yang didirikan oleh Maha Resi Santanu (Syekh Rama Bukit), dan membangun Situ Gangga Nadi atau Situ Darmaloka sebagai Pusat Pemandian Suci.
"Selaku Sang Nata Pemerintahan dan Kenegaraan Sang Hyang Bhatara Ismaya dan Sang Hyang Bhatara Antaga, dia memberikan kewenangan kepada turunannya untuk mendirikan dan melanjutkan kesuksesan Jagat Pati bernama Pemerintah Jagat Pati Tarum Nagara, yang berkedudukan di Giri Nata Kuningan Medang Kamuliaan," kata Madrohim diamini putranya , Soni Candra dan Seorang pengamat sejarah Kuningan yang juga sebagai anggota DPRD Fraksi Demokrat, Syarif Juanda.
Pemerintah Tarum Nagara Lingga Langlang Bhuana
Penuturan lainnya dari Madrohim mengatakan, nama Tarum Nagara sendiri menurutnya, merupakan Pemerintah Jagat Pati atau Pemerintah Lingga Langlang Bhuana, yang mengandung makna Pemerintah yang sudah bisa mengarungi Negara Luar (Sang Garung) dari nama Sungai Ci Sang Garung yang dimulai dari Jonggring Salaka (Babakan Cigadung ) ke arah Timur dan Selatan. Tempat itu merupakan Kedududukan Keraton Sang Rama Guru. Panji Dari Pada Raja Tarum Nagara adalah Bertujuan membawa umat untuk membela kebenaran, keadilan dan membasmi keangkara murkaan, dengan satu keyakinan yang kuat kepada Sang Maha Pencipta atau Tuhan Yang Maha Esa.
"Pemerintah Tarum Nagara satu ditahta oleh Sang Hyang Bhatara Guru yang bergelar Sri Baginda Maha Raja Diraja Guru Jaya Singa Warman (Rama Guru), berkedudukan di seputar Wilayah Babakan Cigadung Kuningan Medang Kamuliaan. Kemudian beliau memindahkan Pusat Tahta kerajaannya ke Wilayah Rajata, yang berkedudukan di Citamba Cigugur Kuningan Kamulian. Beliau dikenal dengan nama Sang Hyang Manik Maya atau Ki Gedeng Padaran. Ia juga mendirikan Situ Candraba (Citamba), sebagai tempat pemandian suci dan sebagai tempat mengalirkan air untuk kebutuhan rakyatnya, "jelasnya.
Ditambahkannya, Tahta Tarum Nagara diberikan kepada putranya yang bernama Sri Baginda Prabu Darmansyah Warman (Buyut Pangayakan), sebagai Raja Tarum Nagara kedua yang masih berkedudukan di Rajata Citamba (Candraba). Kemudian, Pemerintah Tarum Nagara ketiga di Tahta oleh Puteranya Sang Hyang Bhatara Guru, yaitu Sang Hyang Bhatara Surya yang bergelar Sri Baginda Maha Raja Purnawarman Sang Iswara Bima Prakarma Digwijaya Surya Maha Purusa Jagat Pati (Pangeran Arya Adipati Ewangga).
"Beliau kemudian mentransfer posisi Keratonnya dari Rajata Pura Citamba ke Winduherang, yang kemudian dijadikan Ibukota Pertama dengan nama Sunda Pura. Di sinilah masa Kerajaan Jagat Pati mendapatkan kesuksesan yang sangat gemilang dan luar biasa, sampai Sang Purnawarman sudah bisa menguasai Dunia Barat dan Timur, karena diaping langsung oleh Sri Baginda Umar Maya dan Sri Baginda Umar Mahdi, yang bernama Sri Baginda Syeh Jafar atau Sura Liman Sakti , "pungkasnya.
Pemerintah Tarum Nagara keempat ditahta oleh Sri Baginda Maha Raja Surya Warman, atau Sang Hyang Bhatara Kanoe dikenal sebagai Pangeran Surya Negara, atau Pangeran Weru Angga Pati sebagai Adik Sang Hyang Bhatara Surya Ewangga (Purna Warman). Sedangkan Tahta Kerajaan Tarum Nagara ke lima yaitu Bhatara Wisnu bergelar Sri Baginda Maha Raja Wisnu Warman sebagai putra Bhatara Surya (Purna Warman), dimana dikenal pula dengan nama Pangeran Arya Adipati Sura Liman Agung. Kemudian mentransfer posisi Keratonnya ke Medang Sana-Medang Jati tepatnya Lingga Sana Kabupaten Kuningan dengan mendirikan Keraton Bima yang sekarang menjadi obyek Wisata Lingga Jati.
"Tahta Kerajaan Tarum Negara keenam ditahta oleh Bhatara Indra yang sebelumnya bertahta sebagai Prabu yang berkedudukan di Indra Jaya Darma. Kemudian beliau diangkat menjadi Raja Tarum Nagara bergelar Sri Baginda Maha Raja Indra Warman (Raga Sakti) yang berkedudukan di Setia Negara Kuningan Medang Kamuliaan. Ia tidak lain adalah adik Sang Hyang Bhatara Surya Ewangga (Purna Warman). Pemerintah Tarum Nagara ke tujuh ditahta oleh Sri Maha Prabu Rama Wijaya yang bergelar Sri Baginda Maha Raja Candra Warman atau dikenal Sang Pandawa yang diberikan usia cukup panjang, ia dikenal sebagai Pangeran Rama Jaksa Patikusuma, "jelasnya.
Pada akhirnya, tambah dia, Raja ini memindahkan posisi Keratonnya kembali ke Ibukota Sunda Pura di Winduherang, karena pada akhirnya dijadikan sebagai Dinasti Sang Hyang Bhatara Surya Ewangga (Purna Warman), yang juga seorang Maha Purusa yang sangat sakti sekali, bergelar Sang Haris Wangsa Maha Purusa Sakti Surala Dewangga Agung Sang Para Amartha.
"Beliaulah yang mengeluarkan Ajaran Hasta Brata, atau delapan ajaran kepeminpinan yang bersih, dan Beliaupun yang mengeluarkan ajaran sepuluh pedoman hidup yang baik untuk umat manusia (Ten Comandemand) atau Dasa Sila, Dasa Kerta atau Dasa Marga. Beliau menerima ajaran ini langsung dari Sang Maha Pencipta Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran ini berarti Suatu Pedoman Hidup Seluruh Umat Manusia untuk menuju satu keamanan, kesentosaan, kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan yang beradab di muka bumi dengan satu keyakinan yang kuat adanya Sang Maha Pencipta Tuhan Yang Maha Esa, "tuturnya.
Inilah yang menurut Madrohim, merupakan ajaran yang disebut Dangiang Kuningan (Dangiang Kuning), yang selanjutnya sebagai penerima mandat terakhir, yaitu Maha Resi Guru Sang Saweukarma sebagai Raja kedua Kuningan yang berkedudukan di Saunggalah Kuningan (Windu Herang) Arile. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Kang Agil

Arsip Blog

Wadya Balad