'WILUJENG SUMPING'

Riung mungpulung Urang Sindangsari
Silih Asah Silih Asih Silih Asuh

Jumat, 11 November 2011

Tokoh Kuningan Turut Menentukan Kemerdekaan RI


Untuk menungkap peran tokoh asal Kabupaten Kuningan dalam membangun negara dan bangsa, serta ikut menjadi penentu bagi lahirnya kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kuningan, menggelar Seminar Sejarah di Aula Bapeda Kuningan, Selasa (26/7).
Selain itu, juga bertujuan untuk memberikan teladan kepada masyarakat dan untuk meningkatkan rasa nasionalisme di kalangan generasi muda. Seminar bertema Menggali Nilai-Nilai Kepahlawanan Tokoh-Tokoh Kuningan itu, diikuti 100 peserta lebih, yang terdiri dari unsur tokoh masyarakat, sejarahwan, instansi pemerintah, guru sejarah, tokoh  pemuda, mahasiswa, LSM dan jurnalis. Sementara bertindak sebagai narasumber antara lain, Prof Dr Hj Nina Herlina Lubis MS (Pakar Sejarah dari Unpad Bandung), Dr H Mumuh Muhsin Z MHum, Drs Dodo Suwondo MSi, dan Letkol (Purn) Supardi.
Dalam seminar tersebut disebutkan, diproklamirkannya kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 tidak berarti penderitaan rakyat dan penjajahan selesai. Namun justru sebaliknya, periode pasca proklamasi ini merupakan puncak perjuangan fisik yang dilakukan rakyat Indonesia. Di sanalah keterlibatan Kuningan dalam revolusi kemerdekaan nampak dengan jelas dalam dua hal.
Kedua hal tersebut yaitu Pertama, secara geografir Kabupaten Kuningan menjadi panggung strategis tempat terjadinya peristiwa-peristiwa bersejarah, seperti perjanjian Linggajati.Kedua, tidak sedikit warga Kuningan yang menjadi pelaku sejarah dalam perang kemerdekaan. Bukti nyatanya terlihat dari terjadinya perang kemerdekaan, terutama setelah Kota Cirebon jatuh ke tangan Belanda pada 23 Juli 1947.
Setelah itu, berdasarkan keputusan Dewan Pertahanan Keresidenan Cirebon dan Brigade V Siliwangi, pada akhir Juli 1947 pusat pemerintahan Keresidenan Cirebon secara resmi dipindahkan ke wilayah Ciwaru Kabupaten Kuningan. Hal tersebut seperti diungkapkan salah seorang narasumber seminar yang juga pakar sejarah Indonesia, Dr H Mumuh Muhsin Z MHum.
Menurut Mumuh, saat itu Kabupaten Kuningan menjadi basis para pejuang kemerdekaan. Namun di sisi lain, justru wilayah Kuningan menjadi sasaran serangan tentara Belanda. “Serangan Belanda pada saat itu sangat eskalatif, karena dari 14 Kecamatan yang ada di Kuningan saat itu, lima Kecamatan berhasil diduduki Belanda, yaitu Kecamatan Kuningan, Cilimus, Ciawigebang, Kadugede dan Cidahu,” terangnya.
Pemateri lainnya, Drs Dodo Suwondo MSi, mengungkapkan ada beberapa tokoh sunda yang patut menjadi teladan masyarakat, termasuk di dalamnya tokoh asal Kuningan. “Kita bisa melihat, hingga kini banyak orang sunda yang mengaku keturunan Prabu Siliwangi. Padahal kata Siliwangi itu merupakan gelar seorang raja bernama Sri Baduga Maharaja atau Prabu Dewatawisesa, dan tidak setiap Raja Padjadjaran bergelar Prabu Siliwangi. Barangkali karena jasanyalah Sri Baduga Maharaja dikenal banyak orang sampai sekarang, demikian pula tokoh dan pemimpin di Kuningan,” tuturnya.
Dodo menyebutkan, pada masa peralihan dari agama Sanghyang ke Agama Islam, dua tokoh pemimpin di Kuningan yang sangat kharismatik, yaitu Aria Kamuning dan Adipati Kuningan, seperti pernah diungkap Prof Dr Edi S Ekadjati, dalam buku sejarah Kuningan. “Masa keadipatian dimulai dengan tampilnya tokoh Arya Kamuning, Ki Gedeng Luragung dan Sang Adipati Kuningan. Ary aKamuning dan Ki Gedeng Luragung menjadi pemimpin daerah Luragung. Sedangkan Sang Adipati Kuningan sebagai pemimpin daerah Kuningan,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Kang Agil

Arsip Blog

Wadya Balad